KEBUDAYAAN JAMBI
Kebudayaan Jambi
Jika sebelumnya kita telah melihat dan memplajari permainan khas Jambi, kali ini mimin akan membagi info tentang Kebudayaan Jambi, baiklah silahkan baca dan tambah infomu tentang Jambiku.
1. Rumah Adat
Rumah adat Jambi dinamakan Rumah Panggung dengan model kajang lako.
Rumah adat tersebut merupakan rumah tinggal yang terbagi dalam 8
ruangan. Ruangan tersebut adalah: pertama Jogan, merupakan tempat
istirahat dan menaruh air. Kedua Serambi Depan, merupakan ruangan untuk
tamu laki-laki juga ruangan untuk mengaji anak-anak lelaki. Ketiga,
Serambi Dalam yang merupakan tempat tidur bagi anak-anak lelaki.
Keempat, Ameben Melintang yang merupakan kamar pengantin. Kelima,
Serambi Belakang yang merupakan kamar tidur bagi anak-anak gadis.
Keenam, Laren yang merupakan tempat menerima tamu wanita dan kegiatan
anak-anak remaja putri. Ketujuh, Garang yang merupakan ruangan untuk
menumbuk padi sekaligus tempat untuk menampung air. Kedelapan adalah
dapur. Ada pula ruangan yag disebut Tengganai, yaitu ruangan yang
digunakan untuk pertemuan kaum/ninik mamak.
2. Pakaian Adat
Pria dari Jambi memakai mahkota dan kalung bersusun. Ia juga memakai
pending dengan keris terselip di depan perut serta gelang emas pada
kedua belah lengan dan tangan. Baju dan celananya bersuji dengan model
yang khas dan kain songket melingkar di tengah badan.
Pakaian yang dipakai wanitanya serupa benar dengan sang pria seperti
mahkota, kalung bersusun, pending serta gelang emas pada kedua belah
lengan, tangan dan kaki. Ia juga memakai baju kurung serta kain songket.
Pakaian ini dipakai untuk upacara pernikahan.
3. Tari-tarian Daerah Jambi
A. Tari Tradisional Jambi - Tari Sekapur Sirih
Tari Sekapur Sirih dari Jambi diciptaka pertama kali oleh
Firdaus Chatab pada tahun 1962. Kemudian pada tahun 1967, tari Sekapur
Sirih ini ditata ulang oleh OK Hendri BBA. Firdaus Chatab
sendiri memang terkenal sebagi seorang seniman multi talenta yang juga
terkenal dengan lagu ciptaannya yang berjudul Rang Kayo Hitam.
Tarian Sekapur Sirih merupakan tari tradisional dari Provinsi Jambi yang
dibawakan untuk menyambut kedatangan tamu kehormatan yang datang ke
Jambi. Tarian Sekapur Sirih ini biasanya dilakukan oleh 12 orang penari
terdiri dari 9 orang penari wanita serta 2 orang pria bertugas sebagai
pembawa payung dan 1 orang pria sebagai pengawal.
Tarian Sekapur Sirih diiringi oleh musik tradisional khas melayu Jambi
yaitu dari suara rebana, gambus, gendang, gong serta alat musik akordion
dan biola. Sedangkan para penari Sekapur Sirih menggunakan kostum khas
Jambi dengan membawa beberapa properti seperti Cerano (tempat sirih),
keris serta payung.
Tari Sekapur Sirih
B. Tari Tradisional Jambi - Tari Selampit Delapan
Tari selampit delapan merupakan tari
tradisional yang berasal dari Provinsi Jambi. Tari ini pertama kali
diperkenalkan oleh M. Ceylon ketika bertugas pada Dinas Kebudayaan Provinsi
Jambi pada tahun 1970-an. Pria kelahiran Padang Sidempuan 7 Juli 1941 ini
memiliki bakat yang luar biasa dalam bidang kesenian, terutama seni tari.
Sebagai pribadi yang baik, ramah, dan enerjik membuat dia mudah beradaptasi
dengan budaya dan lingkungan setempat. Aktivitasnya yang lebih banyak bergulat
dalam bidang kebudayaan menjadikan dirinya berhasil menangkap pesan terdalam
dari pergaulan masyarakat yang kemudian diolah menjadi sebuah karya seni
bernama Tari Selampit Delapan.
Tari Selampit Delapan ini menggambarkan kekompakan,
dan
kekompakan itulah yang menjadi panduan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam Tari Selampit Delapan terkandung sebuah pesan yang dalam tentang
makna sebuah pergaulan, bahwa pergaulan yang baik dilandasi oleh
keimanan, saling menghargai, dan berperilaku bijaksana. Tentunya
pandangan ini tidak terlepas dari falsafah hidup masyarakat Jambi yang
memegang teguh nilai-nilai keimanan sebagai landasan dalam setiap
pergaulan. Tarian Selampit Delapan ini dibawakan oleh 8 orang penari (4
pasang muda mudi) yang masing-masing membawa kain. Kain yang mereka bawa
diatur sedemikian rupa serasi dengan koreografi sehingga membantuk 1
ikatan yang kuat.
Dalam perkembangannya, tari selampit delapan tersebut kemudian
ditetapkan menjadi salah satu tarian khas Provinsi Jambi. Tari Selampit
Delapan ditampilkan pada acara-acara pesta adat, atau acara promosi
budaya.C. Tari Tradisional Jambi - Tari Inai
Tari Inai adalah tarian tradisional yang bisa ditemui dalam
keseharian tradisi masyarakat Kuala Jambi, Desa Teluk Majelis,
Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Tari Inai ini ditampilkan
pada acara adat perkawinan. Gerakan dari tari inai berpola pada gerakan
pencak silat yang merupakan salah satu olahraga bela diri dalam
masyarakat Melayu pada umumnya.
Tari Inai ini diiringi oleh hendakan musik patam-patam yang merupakan
iringin musik dari alat musik biola, akordion, serunai, gong dan
hentakan kendang ronggeng.
Adapun fungsi dari tari inai ini adalah sebagai eksprtesi ritual yaitu
menjaga calon mepelai wanita dari gangguan-gangguan supernatural yang
berasal dari manusia atau makhluk halus. Selain itu tari inai dari Jambi
ini memiliki fungsi sebagai ungkapan estetik dan hiburan.
Penari inai terdiri dari 5 atau 7 pasang penari yang memakai busana adat Melayu. Kepala ditutup dengan memakai peci dan mengenakan baju baju Gunting Cina atau baju Kecak Musang dan celana panjang longgar. kemudian memakai sesamping yaitu kain sarung atau songket yang dibentuk segitiga atau sejajar dan diikatkan ke pinggang tepatnya di atas lutut. Properti yang digunakan pada tarian berfungsi sebagai pelengkap saja atau juga sebagai alat pendukung gerak tari tersebut.
Penari inai terdiri dari 5 atau 7 pasang penari yang memakai busana adat Melayu. Kepala ditutup dengan memakai peci dan mengenakan baju baju Gunting Cina atau baju Kecak Musang dan celana panjang longgar. kemudian memakai sesamping yaitu kain sarung atau songket yang dibentuk segitiga atau sejajar dan diikatkan ke pinggang tepatnya di atas lutut. Properti yang digunakan pada tarian berfungsi sebagai pelengkap saja atau juga sebagai alat pendukung gerak tari tersebut.
Tari Inai
D. Tari Tradisional Jambi - Tari Tauh
Tari Tauh Jambi merupakan tarian tradisional yang menggambarkan
pergaulan atau hubungan muda mudi. Tari Tauh Jambi ini sudah ada sejak
zaman dahulu sampai sekarang, khususnya didaerah Lekok 50 Tumbi Lepur,
Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Bungo, Jambi.
Seperti halnya beberapa tari tradisional Jambi yang sudah kita kenal
diatas, tari tauh ini dibawakan oleh beberapa penari secara berpasangan
(4 orang penari wanita dan 4 orang penari pria) dengan menggunakan
pakaian tradisi melayu.
Tari Tauh diiringi oleh musik tradisional Jambi yang dibunyikan dari alat musik kalintang kayu, gong, gendang dan biola, dengan lagu pengiring krisnok dan pantun pantun anak muda.
Tari tauh ditampilkan pada acara-acara resmi yang diadakan pemerintah maupun masyarakat pada umum pada acara pesta perkawinan.
Tari Tauh diiringi oleh musik tradisional Jambi yang dibunyikan dari alat musik kalintang kayu, gong, gendang dan biola, dengan lagu pengiring krisnok dan pantun pantun anak muda.
Tari tauh ditampilkan pada acara-acara resmi yang diadakan pemerintah maupun masyarakat pada umum pada acara pesta perkawinan.
E. Tari Tradisional Jambi - Tari Nitih Mahligai
Tari Nitih Mahligai adalah tari tradisional yang diadaptasi dari upacara
adat masyarakat Kerinci yaitu "Niti Naik Mahligai". Tari Nitih Mahligai
ini ditata oleh Epa Bramanti Putra.
Upacara Niti Naik Mahligai sendiri adalah sebuah upacara yang dulu dilakukan untuk
memilih pemimpin di kerajaan yang terdapat di Bukit Kaco, batas antara
Kerinci dan Bungo.
Menurut penuturan Epa Bramanti Putra sebagai keturunan langsung Ratu
Kerajaan Bukit Kaco, seseorang akan diangkat sebagai apabila sang calon
telah melewati beberapa tahap seleksi yang terdiri ;
- meniti pecahan kaca
- meniti berbagai macam duri tumbuhan
- meniti bara api
- meniti bambu runcing
- meniti/masuk ke dalam api besar
- meniti tanggu berayun
- duduk di daun nyiru/awing-awang
Prosesi Nitih Naik Mahligai ini diadaptasi menjadi sebuah pertunjukan.
Sedangkan tarian nitih mahligai diiringi dengan beragam alat musik
antara lain Gendang serta diiringi dengan lantunan
‘Nyahu’ (vocal) sang pawang, sedangkan penari bergerak mengikuti irama
musik dengan gerakan tari Aseik.

Tari Nitih Mahligai
4. Senjata Tradisional
A. Senjata Tradisional Jambi - Badik Tumbuk Lada
Badik Tumbuk Lada adalah senjata tradisional khas melayu yang ada di
Sumatera dan Kepulauan Riau serta Semenanjung Melayu. Senjata
tradisional Jambi ini bentuknya seperti badik khas Sulawesi hanya saja
pada sarung Tumbuk Lada terdapat benjolan bundar yang dihias dengan
ukiran pahat. Sarung senjata ini dilapis dengan kepingan
perak yang diukir dengan pola-pola rumit. Bentuk badik tumbu ladak juga
menyerupai keris akan tetapi tidak bergelombang. Senjata tradisional
dari Jambi ini pada zaman dulu dipergunakan untuk berburu dan berperang.
Namun selain untuk berperang Tumbuk Lada pada zaman dulu juga menjadi
salah satu kelengkapan pakaian adat di Jambi, Kepulauan Riau, Deli, Siak
dan Semenanjung Tanah Melayu.
Bidik Tumbuk Lada
B. Senjata Tradisional Jambi - Keris Siginjai
Keris Siginjai
Keris Siginjai adalah senjata tradisional Jambi yang dikenal milik Raja
Rangkayo Hitam, seorang raja Jambi yang gagah berani. Disebut Siginjai
karena keris ini dahulu sering disimpan dirambut Rangkayo Hitam sebagai
tusuk konde (Ginjai). Sehingga kelamaan keris ini disebut keris
siginjai.
Keris Siginjai ini terbuat dari bahan-bahan berupa kayu, emas, besi, dan
nikel. Bilah/Wilahan Keris Siginjai panjang lebih kurang 39 cm dan
berlekuk (luk) 5. keris Siginjai tidak telah menjadi lambang mahkota kesultanan Jambi sebagai lambang
pemersatu rakyat Jambi. Sultan terakhir yang memegang benda kerajaan itu
adalah Sultan Achmad Zainuddin pada awal abad ke 20
C. Senjata Tradisional Jambi - Sumpit Suku Kubu
Sumpit sebagai senjata tradisional banyak dipergunakan oleh suku adat
yang ada di Indonesia. Tidak terkecuali di Jambi. Di Suku Kubu terdapat
sumpit yang dipergunakan masyarakat untuk berburu binatang.

Sumpit K
D. Senjata Tradisional Jambi - Keris Senja Merjaya
Keris Senja Merjaya menjadi koleksi Museum Nasional juga pada November
1904 dengan nomor inventaris 10920 (E 264). Undang-Undang Piagam dan
Kisah Negeri Jambi” menyebut keris Senja Merjaya merupakan keris
pemberian Sultan Palembang kepada Pangeran Ratu Anom Martadiningrat
sebagai hadiah perkawinannya dengan putri Palembang.






0 komentar:
Posting Komentar